Turi Beach Resort: Batam Rasa Bali

Akhir-akhir ini, saya melihat banyak postingan di beberapa akun instagram travelling nya Batam. “Wah kelihatannya, pantai ini keren banget, kalau ada waktu, saya mau pergi kesana”. Ya, karena ketika kita memasuki dunia kerja, khususnya masih menjadi karyawan, susunan kehidupan selalu diisi rutinitas dan kesibukan yang pada akhirnya akan membuat letih, bosan, dan stress. Namun satu hal pasti yang saya ketahui, obat yang paling manjur adalah travelling.

Lalu, pantai mana yang saya maksud? Pantai tersebut adalah Turi Beach, berada di sebuah resort yang juga bernama Turi Beach Resort. Malam itu saya berdiskusi dengan istri untuk menentukan jadwal kesana. “Wah, ini beneran di Batam?” tanya istri saya yang baru 1 tahun tinggal di Batam. “Keren kan? Aku juga belum pernah kesini, kuy lah” saya jawab. Kami sudah setahun menikah, memang belum dikaruniai anak, tapi kami jadi sering menikmati masa-masa berdua dengan menjalankan hobi yang sama, yaitu explore tempat makan dan jalan-jalan.

Karena belum pernah kesana, saya kemudian mencari lokasinya lewat google maps. “Ah, sepertinya ga susah sih mau kesini” kata saya, “Iya, tapi kita baca dulu referensi di google ya” jawab istri. Kami menemukan, ada 2 syarat untuk bisa masuk ke pantai ini. Pertama, menginap.Untungnya, pilihan kedua lebih lega, cukup dengan makan dan minum di restoran, kita juga bisa masuk menikmati pantai ini. Tentunya saya lebih memilih pilihan yang ekonomis.

Google maps mungkin tidak diperlukan untuk menemani perjalanan, saat memasuki daerah nongsa, menemukan tempat ini cukup mudah. Saat ditanya security pos, kami bilang mau ke restoran, lalu diperbolehkan masuk. Masih di jalan masuk, saya optimis tempat ini benar-benar bagus. Pohon-pohon ditata dengan sangat baik membuat suasana yang bagus sekali untuk difoto, padahal ini baru jalan masuk menuju parkiran saja. “Kalau sudah dapat parkir, kita foto di jalan tadi dulu ya, buat instagram keren tuh” kata istri saya. Saya kemudian mengiyakan permintaannya, mengambil beberapa foto, lalu berjalan masuk menuju lobby.

Kami masuk kedalam pantai Turi Beach sekitar pukul 3 sore. Makanan, minuman, dan pembayaran untuk restoran dilakukan saat masih di lobby. Saat berjalan turun menuju pantai, bangunan resort yang sangat bagus memperlambat langkah kaki kami, berfoto di setiap sudut mumpung cahaya juga masih mendukung.

Dan kami pun akhirnya masuk ke pantai. “Wah, sudah 6 tahun di Batam, kamu belum pernah kesini? Kemana aja lu bro?” canda istri saya. Memang benar, saya sedikit kesal mengapa belum pernah menyempatkan waktu ke tempat ini. Saya teringat, dulu sepupu saya, penduduk Batam asli, dia bilang: “Turi Beach ini berasa kaya di Bali”. Mungkin karena saya terlalu skeptis, itulah penyebabnya. Setelah menginjak pasir dan melihat pemandangan indah dari resort ini, rasanya memang seperti bukan di Batam, seperti di Bali.

Air laut saat itu sedang surut, sehingga beberapa pengunjung boleh lebih leluasa bila ingin bermain di bebatuan pantai. “Ah ini voucher makan dan minum nanti sajalah ya, ga sempat juga tidak apa” begitu kata saya kepada istri. Kami berdua, mungkin karena masih kenyang, belum terlalu memikirkan voucher restoran yang sudah kami bayar.


Pemandangan dari satu sudut pantai

Awalnya saya pikir, sepertinya norak banget ya foto di setiap sudut begini. Tapi saat saya melihat banyak turis asing yang fotonya lebih norak lagi, “hahaha, ternyata bukan cuma gue doang”. Saat itu langit sangat cerah dan cuaca tidak begitu panas, elemen pendukung yang membuat foto jadi lebih bagus. Sepertinya alam memperbolehkan kami untuk lebih norak lagi.


Pondok, lokasinya berada di dekat kolam.

Pepohonan disekitar pantai tinggi-tinggi dan susunannya juga sangat rapi. Rumput tumbuh dengan baik disekitar pepohonan itu. Tidak ada sampah yang dibuang ataupun tercecer sembarangan. Pengelolaan yang sangat baik, saya rasa. Kolam didekat pepohonan ini juga terlihat sangat bersih. Banyak turis asing yang berenang disana terlihat sangat bahagia bermain dengan keluarganya masing-masing.

Berjalan lagi, kami melihat sebuah bangunan kecil bernama “Sea Sport – Cabana Club”. Terlihat banyak jetski dan atv, untuk disewakan kepada pengunjung. “Kalau murah mau sih naik itu" celetuk saya. “Ih, jangan ya, nanti aja kalau kesini lagi. kita jalan-jalan dulu” balas istri saya. Kami melanjutkan jalan pelan-pelan menjalani pantai. Berhenti sejenak, ambil foto, berhenti sejenak lagi, ambil foto lagi. “Foto terus, sampai puas” dalam hati saya.
Didekat restoran kami melihat ada kolam lagi, namun sepertinya kolam yang ini bukan untuk berenang, tetapi untuk hiasan. Disekitar kolam ini juga ada pondok-pondok yang bisa dijadikan tempat bersantai.


Sea Sport Cabana Club

Berlanjut lagi berjalan saya melihat tempat yang sudah sangat famous disini. Beberapa artis terkenal, kalau ke Batam, pasti pernah posting foto di tempat itu. Tempat yang saya maksud adalah jettywalk nya Turi Beach. Jettywalk ini adalah dermaga kecil yang konstruksinya terbuat dari kayu. Saya yakin pasti sudah banyak orang yang melihat foto tempat ini. Namun, sampai di pintu masuk, terlihat barikade dan pengumuman, “ditutup sementara”. “Yah, sial. Padahal udah pengen banget ambil foto disitu” kata saya. Ujung jettywalk ini adalah salah satu spot yang wajib dan paling penting. Di instagram, saya melihat di tempat ini terjadi banyak kenangan yang menjadi cerita indah, seperti melamar pacar. Bahkan hanya sekedar foto selfie juga jadi bagus kalau diambil dari tempat ini. Pada spot terkenal ini sedang ada pekerjaan renovasi, jadi, apa boleh buat. “Mudah-mudahan nanti kita kesini lagi ga ditutup ya” kata istri saya. Saya mengangguk, mengambil beberapa gambar disekitar jettywalk, dan melanjutkan ekspolrasi berkeliling.



Jalan Menuju Jettywalk

Sekitar Jettywalk

Spot foto legendaris di Turi Beach


“Kalau ada parasailing, banana boat, gitu-gitu pasti kayaknya bakal rame ya disini” celetuk istri saya. Saya melihat disekitar, benar, memang tidak ada. “Mungkin karena ini resort kali, bukan pantai terbuka untuk publik” jawab saya. Tapi, saya hiburan itu tidak ada karena tempat ini cocoknya untuk mencari ketenangan. Hiburan seperti banana boat dan parasailing memang bagus, tapi kurang cocok untuk value dari resort ini.


Sudut lain dari Turi Beach

Mulai agak letih, kami berjalan menuju restoran. “Makan dulu aja yuk, sambal duduk bentar” kata saya kepada istri, dia mengangguk dan kami mencari tempat duduk di tepi. Sayang saya lupa waktu itu kami makan dan minum apa, sepertinya nasi goreng, dan minum lemon tea, entahlah, saya lupa, tapi saya ingat kami berdua puas dengan makanan dan minuman itu. Tidak heran untuk resort seperti ini pasti punya koki yang bagus. Kami hanya menghabiskan sekitar 30 menit di restoran, lalu kembali berkeliling.


Ketika air sedang surut

Waktu sudah jam 6 lewat, dan matahari sudah mulai terbenam. Kami naik keatas dari tangga di dekat restoran. Dari atas sini terlihat pemandangan lainnya yang tidak kalah indah.


Suasana dari atas restoran

Suasana semakin gelap, tapi mata dan hati ini sudah senang terhibur dengan pengalaman singkat Turi Beach. Kedepan, saya berencana untuk menginap agar bisa lebih lama lagi bereksplorasi disini.

Ayo Travelling! Batam memang adalah sebuah kota industri. Tapi sangat disayangkan apabila waktu hanya digunakan untuk bekerja. Donald Patrick Conroy, seorang penulis terkenal asal Amerika, pernah berkata “Once you have travelled, the voyage never ends, but is played out over and over again in the quietest chambers. The mind can never break off from the journey”. Bahkan untuk perjalanan ini, pernyatan tersebut benar adanya, my mind won’t break off from this beautiful journey.

0 comments:

Post a Comment